FENOMENA KABA SEBAGAI SASTRA LISAN DAN PRAKTIK ALIH WAHANA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA
Abstract
Kaba adalah sastra lisan dari Minangkabau, Sumatera Barat. Kaba menjadi sastra lisan yang perlahan tersingkirkan oleh pesatnya perkembangan zaman, maka dari itu perlu sekiranya suatu tindakan untuk pelestarian kaba, salah satunya adalah alih wahana. Hal yang jarang dilakukan dalam praktik alih wahana adalah, mengalih wahanakan kaba ke dalam bentuk naskah drama dan animasi digital. Itulah yang terjadi pada kaba Anggun nan Tongga, sebuah sastra lisan yang kaya akan nilai-nilai kehidupan, dan dengan itulah terpilih menjadi objek dari praktik alih wahana yang dilakukan oleh Wisran Hadi (naskah drama) dan Ryan Eka Pahlawan (animasi 2D). Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam dan mendeskripsikan lebih jelas lagi tentang problematika praktik alih wahana pada umumnya, khusunya pada alih wahana kaba Anggun nan Tongga ke naskah drama dan animasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini pun menghasilkan temuan bahwa mengalih wahanakan kaba Anggun nan Tongga adalah sebuah langkah pelestarian terhadap karya sastra daerah yang sudah mulai terlupakan. Dengan adanya praktik alih wahana, penikmat suatu karya sastra akan lebih luas bahkan lebih terfokus. Alih wahana kaba ke animasi menjadikannya lebih luas dan alih wahana kaba ke naskah drama menjadikannya lebih terfokus. Praktik alih wahana juga akan mengabadikan kaba Anggun nan Tongga sebagai karya, namun tidak dengan media penyampaiannya, yaitu tradisi lisan. Perkembangan zaman akan menggeser tradisi lisan menjadi tradisi membaca dan tradisi menonton. Alih wahana hanya mampu melestarikan karya, namun tidak tradisinya.