REPRESENTASI, PARODISASI, DAN KONTEKSTUALISASI TUJUH PULUHAN KARYA YANUSA NUGROHO: PENDEKATAN POSMODERNISME LINDA HUTCHEON
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bangunan cerpen Tujuh Puluhan dari unsur peristiwa sejarah dan fiksi beserta fungsinya. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji kontekstualisasi cerpen Tujuh Puluhan yang berlatar waktu era Orde Baru. Cerpen karya Yanusa Nugroho tersebut terbit pada puncak aksi demonstrasi mahasiswa dipenghujung Kabinet Kerja bertugas. Terbitnya Tujuh Puluhan berlatar waktu era Orde Baru pada era Kabinet Kerja menimbulkan beberapa pertanyaan. Pertama, bagaimana bangunan fakta sejarah dan fiksi dalam Tujuh Puluhan beserta fungsinya. Kedua, bagaimana kontekstualisasi peristiwa nasional era Orde Baru pada era Kabinet Kerja beserta kritik pengarang melalui karya sastra. Untuk mengurai pertanyaan-pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Data pada penelitian ini berupa kutipan-kutipan cerpen Tujuh Puluhan. Pengumpulan data tersebut didukung dengan melakukan studi pustaka sebagai penunjang analisis. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan pendekatan posmodernisme Linda Hutcheon. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa cerpen Tujuh Puluhan dibangun berdasarkan fakta sejarah Orde Baru dan fiksi. Parodisasi tokoh pedagang buah dan petugas keamanan yang menjadi narasi pusat digunakan untuk menyembunyikan gagasan pengarang berupa kritik sosial. Secara kontekstual, cerpen Tujuh Puluhan mengaitkan peristiwa-peristiwa Orde Baru dengan Kabinet Kerja memimpin pemerintahan. Peristiwa-peristiwa tersebut adalah pelemahan KPK, keberpihakan pemodal asing, dan dominasi penguasa oleh aparat pada masa transisi Kabinet Kerja dengan Kabinet Indonesia Maju.